AMERIKA Serikat tampak tak berdaya pada Selasa (7/9) untuk menghentikan sebuah gereja Florida membakar ratusan buah kitab suci Al Qur’an pada hari ulang tahun serangan 11 September kendati ada kekhawatiran besar terjadinya aksi balasan global.
Gedung Putih menyatakan sikapnya yang menambahkan keprihatinan besar dari para pemimpin militer bahwa langkah provokatif oleh sekelompok penginjil Amerika itu bisa memicu kemarahan di seluruh dunia Islam dan membahayakan jiwa para tentara Amerika Serikat.
"Aksi tersebut bisa menempatkan pasukan kita dalam keadaan bahaya. Dan jelas setiap aktivitas semacam itu menempatkan pasukan kita dalam bahaya dan akan mencemaskan pemerintahan ini," tegas jurubicara Gedung Putih Robert Gibbs.
Dia mengulangi komentar oleh panglima AS dan NATO di Afghanistan, Jenderal David Petraeus, yang memperingatkan pembakaran kitab suci umat Islam itu akan memberikan propaganda kepada pemberontak.
"Perbuatan tersebut bisa membahayakan jiwa pasukan dan mengancam keseluruhan upaya kita," tegas Petraeus kepada koran The Wall Street Journal dalam komentar yang juga diucapkan ketua NATO Anders Fogh Rasmussen.
Kutuk
Diplomat teras AS, Hillary Clinton, mengutuk apa yang dia sebut suatu perbuatan "tidak respek dan memalukan."
Namun sebuah gereja kecil di Florida telah berikrar untuk memperingati ulang tahun ke-9 serangan 11 September pada Sabtu ini dengan membakar kitab-kitab suci Al-Qur’an saat mereka mengenang hampir 3.000 orang yang tewas dalam serangan oleh pembajak Al-Qaeda.
Meskipun otorita pemadam kebakaran menolak permohonan beberapa pekan lalu dari pastor Terry Jones untuk mengadakan suatu acara pembakaran di tempat terbuka, polisi tidak dapat turun tangan sampai mereka betul-betul membakar 200 buah kitab suci Al-Qur’an.
Bahkan setelah itu, tidak akan dilakukan penangkapan karena melanggar ketentuan lokal cuma suatu pidana ringan, dan surat-surat -- denda dan peringatan -- dikeluarkan dalam kasus-kasus demikian.
Jones mengatakan pembakaran Al-Qur’an itu bertujuan "mengenang mereka yang tewas secara brutal pada 11 September," dan untuk mengirim peringatan "kepada elemen radikal dalam Islam."
Langkah tadi akan dilakukan dengan latarbelakang Islamophobia, anti Islam yang dipicu rencana untuk membangun sebuah pusat budaya Islam di New York dekat Ground Zero, bekas lokasi gedung World Trade Center sebelum menara itu hancur dihantam serangan dahsyat pada 11 September 2001.
Jaksa Agung AS Eric Holder mengadakan pertemuan dengan para pemimpin agama membahas cara-cara meredam gelombang anti Islam, dengan seruan-seruan dari koalisi luas antar agama untuk membuat pesan kuat yang mengutuk kejahatan bermotif kebencian.
Berbahaya
Direktur eksekutif Muslim Advocates Farhana Khera menegaskan sesuai pertemuan itu bahwa Holder telah menggambarkan rencana pembakaran Al-Qur’an itu sebagai "idiotik dan berbahaya," namun menyesalkan upacara itu sendiri bukan suatu pelanggaran hukum federal.
Peringatan serangan itu Sabtu ini juga bertepatan dengan perayaan Idul Fitri yang menandai berakhirnya bulan suci Ramadan bagi sekira 1,5 miliar umat Islam di seluruh dunia.
Jurubicara Menlu Clinton, Philip Crowly sebelumnya mengecam rencana pastor Jones sebagai "provokatif" dan "tidak mencerminkan nilai Amerika," seraya berkeras kebebasan beragama merupakan suatu pilar masyarakat Amerika.
"Kami ingin melihat lebih banyak orang Amerika bersikap tegas bahwa ini tidak konsisten dengan nilai-nilai Amerika yang kita anut," imbuh jurubicara itu. "Kemungkinan aksi pembakaran Al-Qur’an....bertentangan dengan nilai-nilai kita, bertolak belakang dengan bagaimana masyarakat sipil telah muncul di negara ini."
Lantang
Namun Jones, yang memimpin Dove World Outreach Center di Gainesville, Florida, tetap bersikap lantang dengan mengatakan "kami telah memutuskan sikap dengan bulat" untuk meneruskan rencana itu kendati menanggapi serius ucapan Petraeus.
"Daripada kami dipersalahkan atas apa yang orang lain akan atau mungkin lakukan, kenapa tidak kami kirim suatu peringatan kepada mereka? Mengapa kami tidak mengirim suatu peringatan kepada Islam radikal dan mengatakan, jangan lakukan itu. Jika anda menyerang kami, jika anda menyerang kami, kami akan menyerang anda."
"Kami sangat yakin ini adalah sesuatu yang Tuhan telah perintahkan agar kami lakukan," ucap Wayne Sapp, pastor lain di organisasi itu.
Kefanatikan keagamaan dikutuk keras dalam jumpa pers oleh koalisi para pemimpin antar agama tadi yang menemui Holder.
"Kami sangat tertekan batin dan amat sedih dibuat berbagai insiden kekerasan yang dilakukan terhadap kaum Muslim di berbagai komunitas kita. Dan dengan penodaan rumah-rumah ibadah Islam," ujar pemimpin agama Yahudi Rabbi Nancy Kreimer.
Rencana pembakaran Al-Qur’an itu telah direspon. Aksi-aksi protes terjadi di ibukota Afghanistan Kabul dan di Indonesia.
Dan Iran telah memperingatkan aksi pembakaran kitab suci umat Islam itu bisa memicu respon tidak terkontrol dari kaum Muslim.
"Hendaknya tidak ada seorang pun membakar Al-Qur’an," tulis koran Vatikan, L’Osservatore Romano dalam komentarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar